Soimah

ImageMELIHAT Soimah di panggung yang selalu ceria, cewawaan, cuek, dan kerap melempar guyonan yang mengundang tawa penonton, kita mungkin beranggapan Soimah selalu senang dengan perjalanan karier yang  mulus. Padahal, tidak selalu demikian.
Tidak banyak yang tahu, kalau untuk mencapai kariernya seperti sekarang, pemilik nama lengkap Soimah Pancawati ini bukan hanya harus bekerja keras, namun bermental baja. Begitu banyak tantangan yang dihadapi, apalagi pada masa awal dia menjajal kerasnya panggung hiburan di Jakarta.
Soimah yang lugu sontak terkaget-kaget. Ia sungguh tak mengira situasi di Jakarta, sungguh tak berperasaan. “Orang luar mengira sungguh enak hidup di Jakarta. Jakarta tempat mencari uang, begitu anggapan orang luar. Soalnya, orang yang datang dari Jakarta, begitu pulang ke daerahnya membawa uang. Padahal hidup di Jakarta tidak mudah. Jakarta keras,” tutur Soimah.
Seperti umumnya orang luar Jakarta yang mencoba peruntungan di Jakarta, Soimah mengalami hal tersebut. Salah satu yang membuatnya shock adalah sikap sesama artis terhadap pendatang baru dari daerah yang memandang sebelah mata.

Tak pernah ada dalam benaknya akan menemui situasi seperti itu. Namun ia telanjur tercebur di Jakarta.  “Di Jakarta, elu-elu,gue-gue begitu terasa. Mungkin karena aku pendatang baru, dari daerah pula. Awalnya aku, seperti pembawaanku terhadap sesama seniman, teman, aku menyapa semua, mencoba akrab. Tapi ternyata di sini, itu tidak berlaku. Malah pada awalnya aku merasa sikap tenggang rasa nyaris tidak ada samasekali,” tutur wanita 31 tahun ini ketika ditemui Koran Tokoh di lokasi syuting Hanggar, Pancoran, Jakarta Selatan.
Masih diingat jelas oleh Soimah pengalaman pahitnya ketika awal berkiprah di Jakarta, beberapa tahun lalu.  Suatu ketika, tuturnya, saat persiapan syuting di sebuah studio, tiba-tiba tempatnya berdandan ‘digusur’. Ketika ia bertanya, ternyata itu ulah seorang artis cantik yang ketika itu cukup populer. Dengan seenaknya, tanpa permisi pada Soimah yang sudah menempati lebih dulu, ia menggelar kursi santai yang bisa digunakan untuk berbaring. Si artis ini tanpa permisi apalagi basa-basi,  berbaring di sana sambil memainkan handphone-nya. Soimah yang sedang tergesa-gesa mempersiapkan diri, sempat kaget dengan ulah artis itu. Persiapannya pun agak terganggu karena tiap kali harus memutari tempat berbaring si artis, hanya untuk mengambil sesuatu di kopernya.
Awalnya dia mencoba sabar, tapi lama-lama tak tahan juga. Meskipun pendatang baru, Soimah memiliki nyali besar. Dengan nada tak sabar, ia pun meneriaki asistennya untuk mengambil barang-barang yang dibutuhkan dengan cara melempar melewati pembaringan si artis. Walhasil di atas tubuh si artis ini terjadi lalu lintas barang-barang keperluan panggung Soimah.
“Aku ndak tahan. Aku merasa ini keterlaluan, tidak tahu tata krama. Karena jengkel, aku pun tak peduli lagi, di atas orang itu, aku lempar barang-barang yang tak terpakai. Kalau dia cuek, aku pun bisa cuek. Kalau dia tak bisa tenggang rasa, ya aku juga bisa begitu. Meski orang baru, aku tidak mau dilecehkan. Meski belum jadi apa-apa di Jakarta, tapi aku kan ndak mau dibegitukan,” tegas Soimah, sambil menyebut, si artis diam saja ketika ia melakukan itu.
Itu, tambah Soimah, hanya salah satu contoh, dan masih banyak kejadian lain yang juga kurang menyenangkan. Namun, tambah ibu dua anak ini, kerikil-kerikil itu, tidak membuatnya surut melangkah. Soimah justru merasa tertantang, ingin membuktikan diri bahwa dia bukan artis karbitan. Dia memiliki potensi dan siap diadu dengan mereka yang melecehkannya.
“Aku ingin tunjukkan kalau aku datang ke Jakarta bukan ‘kosong’. Aku punya modal, punya kemampuan. Mungkin, orang menyebut aku sombong, tak apa-apa. Dari pengalaman yang aku dapat selama di Jakarta, ternyata, sikap sombong itu perlu juga sewaktu-waktu. Itu menurut aku, lho. Aku juga tak sekadar bicara tapi juga tunjukkan dengan karya. Aku pikir, tak perlu memedulikan semua itu, tak perlu berkecil hati, yang penting berkarya sebaik-baiknya, pengakuan akan datang dengan sendiri,” papar Soimah.
Meski sekarang ia berkarier di Jakarta dan tergolong sukses, namun sebenarnya, tampil di Jakarta bukanlah menjadi obsesinya. Malah boleh dibilang, dia masuk Jakarta adalah sebuah kebetulan plus keberuntungan, karena memang ketika itu belum ada niatnya untuk melebarkan sayap dengan berkarier di Ibu Kota.
“Sebelum di Jakarta, aku sudah merasa cukup senang, karierku bagus di Yogya. Jadi Jakarta sebenarnya bukan ambisi utama. Tapi, ternyata aku mendapat keberuntungan dan peluang. Keberuntungan ini harus aku manfaatkan dengan baik. Dengan keadaan sekarang, membuat aku harus lebih mendalami, mempertahankan dan lebih kreatif dalam berkarya. Apalagi di Jakarta persaingannya luar biasa sekali. Nah, aku dari orang tradisi, dengan kehidupan Jakarta yang serba modern, harus mencari cara bagaimana agar orang tradisi bisa menggabungkan diri dengan orang modern, baik itu dalam acara bergaul, berbicara atau pun mengelaborasi keseniannya menjadi versi sekarang,” tutur Soimah yang mengoleksi berbagai penghargaan dalam lomba-lomba yang berkaitan dengan seni semasa SMKI. Di antaranya, juara 1 Bintang Televisi, juara 1 lomba Karaoke Dangdut se-Jateng-Yogyakarta, dan juara Dara Ayu.
Semua pengalaman tak menyenangkan itu, tutur Soimah yang juga rapper lagu Jawa, makin memacunya untuk berprestasi lebih baik. “Sekarang image aku, sombong, petatilan, cewawaan. Ya ndak apa-apa. Aku pikir, oh, harus begini ya ternyata di Jakarta, ya sudah sekalian saja aku buat begitu. Sekalian saja aku buat gemik, jadi orang mudah menangkapnya,” tutur Soimah yang mengaku kini sudah memiliki banyak teman yang bisa diajaknya berbagi.
Tak Berubah meski Ngetop
Ketangguhan mental Soimah dibarengi dengan potensi yang dimilikinya, membuat kariernya di panggung hiburan Jakarta terus menanjak. Artis kelahiran Pati, Jawa Tengah, 29 September 1980, ini, dijuluki sebagai artis serba bisa. Dia bukan hanya piawai nyinden tapi menguasai berbagai jenis kesenian, di antaranya, menyanyi, menari, teater, karawitan, musik rap, dan kesenian lainnya.
Mungkin tak mengherankan juga, karena dia lulusan Sekolah Menengah Karawitan Indonesia (SMKI) Yogyakarta, juga sempat mencicipi kuliah di Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, namun mandek di semester VI karena terlalu sibuk manggung.
“Aku suka semua jenis kesenian. Aku hidup dari kesenian. Ibaratnya darahku, darah seni. Bagi aku kesenian bukan sekadar mencari duit, tapi ada kepuasan batin di sana. Baik itu ketoprak, menyinden, wayang kulit, dll., aku senang semua. Aku punya semangat untuk mencoba berbagai jenis kesenian,” tutur Soimah yang nyinden sampai ke Amerika dalam acara Asia Society, bersama Jogya Hip Hop Foundation.
Hampir empat tahun berkiprah di Jakarta, karier Soimah, tergolong kinclong. Tawaran manggung pun membludak. Walhasil, kalau di awal-awal kariernya ia bisa pulang ke Yogya seminggu sekali atau dua minggu sekali, maka kini hanya sebulan sekali. “Hari Senin-Jumat, jadwalnya pasti. Kecuali hal-hal khusus, sepertinya tidak bisa diganggu lagi. Acara off air biasanya Sabtu atau Minggu. Jadwalku memang sedang padat sekali ya,” ungkap Soimah yang belum lama ini menyelesaikan syuting film drama musikal di Cirebon, Jawa Barat. Sebenarnya, tambah Soimah, ada banyak tawaran datang, termasuk main sinetron dan FTV. Namun karena waktu yang terbatas, tidak bisa dipenuhinya. Apalagi sinetron yang membutuhkan waktu panjang. “Sementara ini aku belum bisa, mungkin lain waktu jika ada kesempatan aku juga ingin tampil di sinetron,” tambah bintang iklan Indosat dan Sosis So Nice, ini.
Meski sudah populer, dengan penghasilan yang lebih dari lumayan, Soimah mengaku tidak banyak perubahan dalam dirinya, termasuk life style. Dia tidak mau menjadi ‘orang kagetan’ yang tiba-tiba memiliki rezeki banyak dan dihambur-hamburkan begitu saja.
“Aku berusaha tetap hidup sederhana, tidak mentang-mentang. Karena aku sadar, hidup sebagai artis, seniman, tidak selamanya di atas. Aku berusaha tetap mengingat siapa aku, dari mana akarku. Intinya, tidak ada yang berubah dalam diri aku, masih tetap Soimah yang dulu,” ucapnya.
Salah satu contohnya tentang kebutuhan fashion yang memang menjadi keharusan bagi yang berkiprah di dunia entertainment. Dengan penghasilan yang didapat sekarang, tentu dia mampu. Beli tas misalnya, kalau dulu beli hanya harga Rp 250 ribu, sekarang harga jutaan rupiah pun dia mampu. “Karena tuntutan pekerjaan, aku terpaksa membeli satu atau dua tas mahal. Ini hanya demi pekerjaan, karena sebagai pekerja seni, aku juga kerap diminta mengisi acara off air yang dihadiri orang-orang gedean. Sebenarnya dalam hati sayang juga, ya, membeli barang-barang yang harganya tidak murah. Mending, dibelikan beras, susu atau buat ditabung,” ucap pemandu acara @Show_Imah di Trans TV ini.
Begitu juga urusan perawatan kecantikan. Semua tentu mafhum, sebagai pekerja seni, selain kreativitas juga penampilan fisik harus dijaga. Penampilan fisik dalam artian kecantikan dan kemolekan tubuh. Untuk itu dibutuhkan ‘ongkos’ perawatan. Tapi bagi Soimah, sepertinya itu tidak berlaku. “Aku tidak terlalu suka ke salon. Paling setahun, hanya sekali. Kalau mau perawatan aku lakukan sendiri di rumah, tak perlu ke salon. Rasanya seperti buang-buang waktu hanya bersantai-santai di salon. Kalau ada waktu luang, lebih baik aku bersih-bersih rumah atau istirahat. Lihat saja kantung mata aku (sambil menunjuk kantung matanya-red) , aku biarkan saja. Selama masih bisa diakali (disamarkan) dan tidak mengganggu penampilan, ya biar saja begini dulu,” tambah presenter kocak acara Segerrr dan Sedap Malam ini.
Begitu juga soal pola makan. Menurutnya, kegemaran makannya tetap sederhana. Dia tak mau memaksakan makan sesuatu hanya sekadar gaya-gayaan, padahal lidahnya merasa tidak cocok. “Intinya, selera makanku tetap pecel lele. Aku nggak mau mencoba sesuatu yang aneh menurutku, hanya agar kelihatan bergaya,” katanya.

Takut ke Dokter
Soimah, berpandangan jauh ke depan. Karena sadar kehidupan pekerja seni ada masanya. Dia tidak mau mabuk kepopuleran. Karena itu, dia juga mencoba menyikapi keberhasilan kariernya, kepopulerannya, dengan biasa saja.
“Aku mensyukuri apa yang aku capai dan aku dapat sampai hari ini. Selagi aku diberi kesempatan, aku ingin berkarya sebaik mungkin. Aku memang punya banyak keinginan -aku ingin nyenengin keluarga, membahagiakan mereka, membantu saudara-saudara- di bidang seni, aku masih ingin lebih kreatif lagi. Tapi di sisi lain, aku juga tidak mau terlalu berambisi, takut tidak kesampaian. Jadi biarlah semua mengalir saja,” kata ibu dari dua putra; Aksa Uyun Danan Jaya (9) dan Diksa Naja Naekonang (6).

Menurut Soimah, jika kembali ke Yogya, maka ia kembali kepada perannya sebagai ibu rumah tangga yang melakukan pekerjaan rumah seperti memasak, mengepel, ke pasar, dll. Selama seminggu -dalam sebulan Soimah mendapat kesempatan libur seminggu yang digunakannya untuk pulang ke Yogya untuk berkumpul dengan anak-anaknya- salah satu yang menjadi tugasnya adalah mengantar anak-anaknya ke sekolah.
“Aku nganter anak-anak sekolah pake motor, karena aku ndak bisa nyetir mobil. Ya pokoknya, kalau di rumah, aku bukan artis, aku juga jarang berdandan, bahkan jika ke luar rumah. Malah kalau mengantar anak-anak ke sekolah pagi, aku kadang belum mandi. Di rumah, aku habiskan waktuku untuk anak-anak dan keluarga,” tuturnya.
Diakuinya, seperti umumnya anak lain yang memiliki orangtua bekerja, kedua anaknya pun kadang protes karena sang ibu, juga ayahnya, kerap tidak ada di rumah. Menghadapi hal tersebut, kata Soimah, baik dirinya juga suaminya, berusaha menjelaskan tentang kondisi mereka, tentunya dengan bahasa yang mudah dicerna oleh anak-anak seumur mereka.
“Itu sebabnya aku bikin komitmen ke pihak televisi, sebulan sekali aku harus pulang ke Yogya untuk liburan selama seminggu dan diizinkan. Nah, kalau sekolah libur, mereka bisa datang ke Jakarta menemani syuting atau bepergian ke mana pun mereka suka,” tuturnya.
Dengan kesibukan yang luar biasa, tentunya Soimah, harus memiliki stamina yang luar biasa pula. Syukurnya, kata Soimah, kondisi fisiknya jarang bermasalah. “Aku rajin minum multivitamin tapi jarang olahraga,” kata Soimah sambil terkekeh. Soimah juga mengaku takut jika disuruh lakukan check up kesehatan.
“Aku ndak pernah mau. Aku takut, nanti kalau dibilang aku punya penyakit ini-itu, malah jadi pikiran. Yang penting dalam pikiranku, aku sehat. Aku ndak mau otakku diracuni oleh dugaan penyakit ini-itu. Malah bikin stres. Aku pikir, kalau pikiran kita sehat, ya berarti sehat. Aku memang agak pekok ya, kata orang Jawa. Tapi ndak apa-apa, aku merasa sehat, kok,” ujar Soimah sambil tertawa. - dia

Soimah Pancawati (lahir di Kabupaten Pati, Jawa Tengah, 29 September 1980; umur 32 tahun) adalah seorang seniman asal Yogyakarta yang multi talenta. Tak hanya ahli dalam bidang kesenian Jawa, Soimah juga seorang rapper. Dirinya sudah terbiasa dengan campursari, sinden, ketoprak, pop jawa, Hip Hop, serta MC, dan dagelan. Soimah terkenal dengan logatnya yang berbunyi: "MASALAH BUAT LOE???".

Soimah di besarkan nama nya oleh grup campursari kampung ,ARGOLARAS ,PATRA AGUNG , argomulyo sedayu bantul .asuhan almarhum Bpk Wakidi diro parjono ,soimah yg dulu lain dgn soimah yg sekarang , dulu berpennampilan kalem berubah total dgn yg dulu
Masa kecil Soimah begitu disiplin dan keras. Sejak duduk di bangku Sekolah Dasar, Soimah sudah membantu ibunya bekerja demi bisa bersekolah. Dirinya pernah menggendong es balok sejauh 200 meter, bekerja sampai malam, dan harus bangun pukul tiga pagi untuk membantu ibunya berdagang ikan di pasar.
Dari kecil Soimah sudah diajarkan untuk mandiri. Setelah bergabung dalam komunitas seni dan mulai sering menerima panggilan manggung, Soimah hijrah ke Yogyakarta. Selepas Sekolah Menengah Pertama, dia tinggal bersama tantenya.


Awal perjalanan karirnya adalah dengan mengikuti komunitas seni di Yogyakarta, seperti ketoprak dan Jogja Hip Hop Foundation misalnya. Soimah sendiri mulai belajar seni sejak tahun 1995, dia disekolahkan di SMKI oleh tantenya.
Melalui Jogja Hip Hop Foundation Soimah menjalani tur dunia untuk yang pertama kalinya, pada 14 Mei 2011 lalu, Soimah bersama Jogja Hip Hop Foundation tampil di Asia Society di 725 Park Avenue, New York, Amerika Serikat. Penampilan mereka mendapat tanggapan bagus. Tahun 2012, pada bulan Desember, Jogja Hip Hop Foundation berangkat untuk tur Amerika ke 10 kota namun Soimah tidak dapat ikut bersama karena sudah memiliki kontrak untuk acara @Show_Imah di stasiun televisi TransTV
Sekarang Soimah menjadi pelawak di acara, SKS (Saatnya Kita Sahur), Comedy Project, menjadi pembawa acara @Show_Imah Trans TV, ia pernah menjadi presenter acara Segerrr, Sedap Malam, di stasiun TV ANTV



No comments:

Post a Comment